Minggu, 24 Agustus 2014

Discharge Planning Manajemen Ners Muda





BAB 1
PENDAHULUAN




1.1 Latar Belakang

Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase
yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan. (Raden dan Tafft, 1990). Perencanaan pasien pulang bertujuan untuk memandirikan pasien di rumah sehingga pelaksanaan dan pendokumentasian perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang efektif dan tepat yang diharapkan tercapainya tujuan.
Pelaksanaan discharge planning di ruang Mina sudah berjalan sejak tahun 2009 setelah rumah sakit terakreditasi dan terus berjalan sampai sekarang yang dilakukan oleh perawat ruangan, kartu discharge planning juga sudah tersedia dan merupakan bagian dari data rekam medis. Namun pelaksanaan discharge planning belum sesuai standard karena keterbatasan tenaga kesehatan.


Discharge planning yang berjalan belum optimal dapat mengakibatkan kegagalan dalam program perencanaan perawatan pasien di rumah yang akan berpengaruh terhadap tingkat ketergantungan pasien, dan tingkat keparahan pasien saat di rumah.
Dengan adanya mahasiswa praktik manajemen keperawatan diharapkan pelaksanaan discharge planning di ruang Dahlia RSD ‘Mardi Waluyo Blitar dapat dilakukan lebih baik lagi, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa dan perawat di ruang Dahlia RSD ‘Mardi Waluyo Blitar mampu menerapkan discharge planning dengan baik dan benar.

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk discharge planning.
2. Mengidentifikasi masalah pasien dalam discharge planning
3. Memprioritaskan masalah untuk discharge planning
4. Membuat jadwal pelaksanaan untuk pasien discharge planning.
5. Melaksanakan discharge planning
6. Membuat evaluasi pada pasien selama pelaksanaan discharge planning
7. Pendokumentasian discharge planning

1.3 Manfaat

1. Bagi Pasien

a. Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan perawatan di rumah.
b. Meningkatkan kemampuan pasien dalam kesiapan melakukan perawatan di rumah.
c. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan klien.

2. Bagi Perawat

a. Terjadinya pertukaran informasi antara mahasiswa sebagai perawat dengan pasien sebagai penerima pelayanan.
b. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien.
c. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan di rumah.
d. Meningkatkan kualitas perawatan secara berkelanjutan pada pasien saat di rumah.


BAB 2
MATERI DISCHARGE PLANNING


2.1 Pengertian

Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan. (Raden dan Tafft, 1990).

2.2 Tujuan

Menurut Jipp dan Sirass (1998) discharge planning bertujuan untuk :
1. Menyiapkan klien secara fisik, psikologis dan sosial.
2. Meningkatkan kemandirian klien saat perawatan di rumah.
3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada klien.
4. Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan yang lain.
5. Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam mempertahankan status kesehatan klien.

2.3 Jenis pemulangan pasien

1. Conditional discharge (pemulangan sementara)
Jika klien pulang dalam keadaan baik dan tidak ada komplikasi, klien pulang untuk sementara di rumah dan masih dalam proses perawatan dan harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya)
Jika klien sudah selesai masa perawatan dan dinyatakan sembuh dari sakitnya. Jika klien perlu perawatan kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3. Judocal discharge (pulang paksa)
Jika kondisi klien masih perlu perawatan dan belum memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan tim home care rs atau puskesmas terdekat.

2.4 Komponen perencanaan pulang

1. Perawatan di rumah
2. Pemberian pembelajaran dan pendidikan kesehatan mengenai : diet, waktu kontrol, tempat control.
3. Penjelasan mengenai obat-obatan yang masih diminum, dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat untuk minum obat.
4. Obat-obatan yang dihentikan. Walaupun obat-obatan klien sudah tidak diminum lagi, namun tetap dibawa oleh klien serta ditentukan siapa yang akan menyimpan obat tersebut.
5. Hasil pemeriksaan
6. Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dibawakan kepada klien waktu pulang.
7. Surat-surat seperti surat keterangan sakit.

2.5 Tindakan keperawatan pada waktu perencanaan pulang
Tindakan perawatan yang diberikan pada perencanaan pulang yaitu meliputi:
1. Pendidikan (edukasi, reedukasi, reorientasi) kesehatan yang diharapkan dapat mengurangi angka kekambuhan dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga.
2. Program pulang bertahap.
3. Melatih pasien kembali ke lingkungan dan masyarakat antara lain yang dilakukan pasien di rumah sakit, dan tugas keluarga.
4. Rujukan.
5. Integrasi pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara perawatan komunitas dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di rumah.

2.6 Alur discharge Planning

2.7 Peran perawat dalam discharge planning

Kepala ruangan

1. Membuka acara discharge planning kepada pasien
2. Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
Ketua Tim
1. Membuat rencana discharge planning
2. Membuat leaflet dan kartu discharge planning
3. Memberikan konseling
4. Memberikan pendidikan kesehatan
5. Menyediakan format discharge planning
6. Mendokumentasikan discharge planning
7. Melakukan agenda discharge planning (pada awal perawatan sampai akhir perawatan)
Perawat Pelaksana
Ikut membantu dalam melaksanakan discharge planning yang sudah direncanakan oleh Ketua Tim.

BAB 3
KEGIATAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan

Topik : Discharge planning perawatan klien dengan diagnosa medis Post TUR-P
 Hari/tanggal : Kamis, 23 Agustus 2014
Waktu : 10.00
Tempat : Ruang Dahlia
Pelaksana : Karu, KaTim, PP
Sasaran : Klien dan keluarga klien

3.2 Pengorganisasian

Penanggung Jawab : Abdurrohman, S.Kep
Kepala Ruangan : Abdurrohman, S.Kep
Ketua Tim : Erna, S.Kep
Perawat Pelaksana / Pp : Aditya, S.Kep

3.3 Metode

Metode yang digunakan dalam discharge planning adalah diskusi dan tanya jawab setelah diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu diberikan dalam perencanaan pulang, meliputi:

A. Komponen perencanaan pulang

a. Perawatan di rumah
Pemberian pendidikan kesehatan mengenai : Diet, waktu kontrol, tempat kontrol
b. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya
Penjelasan mengenai obat-obatan yang masih diminum, dosis, cara pemberian, dan waktu yang tepat untuk minum obat.
c. Obat-obatan yang dihentikan
Walaupun obat-obatan klien sudah tidak diminum lagi, namun tetap dibawa oleh klien serta ditentukan siapa yang akan menyimpan obat tersebut.
d. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dibawakan kepada klien waktu pulang.
e. Surat-surat seperti surat keterangan sakit.

B. Tindakan keperawatan pada waktu perencanaan pulang

a. Pendidikan (edukasi, reedukasi, reorientasi) kesehatan yang diharapkan dapat mengurangi angka kekambuhan dan meningkatkan pengetahuan klien serta keluarga.
b. Program pulang bertahap.
Melatih klien kembali ke lingkungan dan masyarakat antara lain yang dilakukan klien di rumah sakit, dan tugas keluarga.
c. Rujukan.
d. Integrasi pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara perawatan komunitas dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan klien di rumah.

3.4 Instrumen

1. Status klien
2. Lembar discharge planning (terlampir)
3. Leaflet (terlampir)
4. Obat-obatan, hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang.

3.5 Mekanisme kegiatan

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan
1. Karu mengucapkan salam kemudian menanyakan bagaimana persiapan Ketua Tim untuk pelaksanaan discharge planning
2. Ketua Tim sudah siap dengan status klien dan format discharge planning
3. Menyebutkan masalah-masalah klien.
4. Menyebutkan hal-hal yang perlu diajarkan pada klien dan keluarga.
5. Karu memeriksa kelengkapan discharge planning. 10 menit

R.Karu Karu

Ketua Tim

Ketua Tim

Ketua Tim

Karu
Pelaksanaan
1. Karu membuka acara discharge planning.
2. Ketua Tim dibantu Pa menyampaikan pendidikan kesehatan, dan menjelaskan tentang :
a. Definisi
b. Etiologi
c. Tanda dan gejala
d. Pencegahan dan penatalaksanaan
e. Menjelaskan aturan pengobatan, dan rencana kontrol setelah pulang dari rumah sakit saat ada keluhan atau sesuai jadwal kontrol.
f. Cara minum obat, perawatan di rumah

3. Ketua Tim menanyakan kembali kepada klien dan keluarga tentang materi yang telah disampaikan.
4. Ketua Tim mengucapkan terima kasih.
5. Pendokumentasian.
6. Timbal balik antara Karu, Ketua Tim, Pa dengan keluarga klien. 30 menit Bed pasien Karu

Ketua Tim & Pa

Penutup Karu memberikan pujian dan masukan atau saran kepada Ketua Tim dan Pa 2 menit R.Karu Karu

3.6 Evaluasi

1. Stuktur

a. Persiapan dilakukan saat klien masuk Ruang Mina
b. Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik.
c. Menyusun proposal
d. Menetapkan kasus.
e. Pengorganisasian peran.
f. Penyusunan leaflet, kartu discharge planning dan lembar discharge planning.
g. Persiapan obat, hasil-hasil lab, dan pemeriksaan penunjang.
h. Kontrak waktu dengan keluarga dan pasien

2. Proses

a. Kelancaran kegiatan.
b. Peran serta perawat yang bertugas.
c. Klien dan keluarga berperan aktif dalam diskusi

3. Hasil

Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh klien dan keluarga. Klien dapat menyebutkan kembali tentang :
a. Definisi
b. Etiologi
c. Tanda dan gejala
d. Pencegahan dan penatalaksanaan
e. Menjelaskan manfaat aturan pengobatan, minum obat dan rencana kontrol setelah pulang dari rumah sakit saat ada keluhan atau sesuai jadwal kontrol.
f. Cara minum obat, perawatan di rumah, dll.




DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta

Brunner and Suddart 2003. Buku ajar Keperawatan Medikal bedah. EGC. Jakarta.

Minggu, 02 Maret 2014

Kata Cinta Bahasa Inggris

True love is love which only for two person, and no place for the
third person

Cinta sejati merupakan cinta yang hanya terdiri dari dua orang saja dan tidak
ada tempat bagi orang ketiga.

If you cannot work with love but only with distaste, it is better that you should leave your work.
Bila kau tak bisa bekerja dengan cinta tapi hanya dengan kebencian, maka lebih baik kau tingggalkan pekerjaanmu.

Love make the weak man become strong and the strong man become weak
Cinta membuat orang lemah jadi kuat dan orang kuat jadi lemah

You will never find a reason when love someone, it's because a true love comes with no logical reason.
Anda tak akan pernah menemukan alasan saat mencintai seseorang, sebab cinta sejati itu datang tanpa alasan logis.

She's not perfect, because a she will never able to be perfect.
Dia tak sempurna, sebab seorang pasangan memang tak pernah bisa jadi sempurna.

We cannot be together, but you're always in my heart for now and forever.
Kita memang tak bisa bersama tapi kamu selalu ada dalam hatiku untuk saat ini serta selamanya.

Do not let a fear surrounds you when you are falling in love someone.
Janganlah biarkan rasa takut menyelimuti anda saat sedang mencintai seseorang.

Key to be lasting in love is a consistent belief.
Kunci cinta abadi yaitu sebuah kepercayaan yang konsisten.

Despite being in the crowd, someone will feel lonely without a love.
Meski ada di keramaian, seseorang akan merasa sepi tanpa adanya cinta.

Love is trembling happiness.
Cinta merupakan kebahagian yang menggetarkan.

You are like dentures, because I could not smile without you.
Bagiku, kau seperti gigi palsu, karena aku tak mampu tersenyum tanpamu.

Life without love is like a tree without blossoms or fruit.
Hidup tanpa cinta bagaikan pohon tanpa bunga atau buah.

Kata Kata Cinta Paling Romantis Reyza

Sejauh apapun aku melangkah, hatiku selalu bersanding di sebelahmu. Tak usah bersedih, kita hanya terpisah jarak, bukan terpisah selamanya.”

"Jangan menangis karena cinta, tapi menangis karena dosa di atas cinta"

“Tunjukkan aku cara mencintaimu dengan baik dan benar, akan aku tunjukkan pula bagaimana caranya bahagia.”

"Saat jarak memisahkan, satu yang harus kamu ketahui. Akan aku jaga cinta ini untukmu"

"Cinta adalah caraku bercerita tentang dirimu, caraku menatap kepergianmu dan caraku tersenyum ketika menatap indah wajahmu"

“Percayalah, kamulah orangnya, yang hatiku temukan, yang pikiranku mengingatmu, yang takdirku inginkan dan yang sangat aku cinta.”

“Rindu tak mengenal waktu dan jarak. Rindu hanya mengenalmu.”

“Kasih sayang itu memperjuangkan selagi ada kesempatan, bukan memohon saat semuanya sudah terlambat.”

“Pada cinta yang tertunda, bertahanlah. Pada cinta yang terputus, tersenyumlah. Dia akan datang dalam bentuk yang lebih indah.”

“Maaf jika tanpa permisi aku merindukanmu, salahmu sendiri memulai tanpa permisi mengambil hatiku.”

“Aku mencintaimu, semoga tak melebihi cintaku pada negeri ini, Ibuku dan Tuhan.”

“Perasaanku untukmu tak sebesar bumi ataupun mentari. Hanya sebesar kedua telapak kakiku. Tapi kaki yang rela pergi kemanapun untuk bersamamu.”

“Cinta adalah saling berbagi, karena walau apa pada dua raga, namun tetap pada satu hati.”

“Mencintaimu cukup beberapa detik, namun untuk melupakanmu rasanya butuh waktu seumur hidupku.”

“Cinta bukan hanya diungkapkan melalui perkataan dan tulisan, tapi juga dengan perasaan.”

“Hal terbaik yang pernah terjadi padaku adalah KAMU.”

“Cinta, meski sangat sederhana, namun menyimpan seribu makna.”

“Cinta hadir karena perkenalan, bersemi karena perhatian dan bertahan karena kesetiaan.”

“Ketika jarak memisahkan, satu yang harus kau ketahui. Bahwa aku akan menjaga cinta ini untukmu.”

"Berada di pelukanmu itu mengajarkanku apa arti dari kenyamanan yang sempurna"

"Mungkin aku terlahir ke dunia untuk mencintaimu, dan kau lahir ke dunia untuk untuk aku cintai"

"Bersandarlah di pundaku sampai kau merasakan kenyamanan, karena sudah keharusan bagiku untuk memberikanmu rasa nyaman"

"Kadang kamu harus membuat keputusan untuk mengalah, atau kamu akan mkehilangan ia yang sangat kamu cinta karena kamu keras kepala"

"Cinta memasukan kesenangan dalam kebersamaan, kesedihan dalam perpisahan, dan harapan pada hari esok"

"Cinta merupakan keteguhan hati yang ditambatkan pada kemanusiaan yang menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan"

"Ketika mencintai seseorang, cintailah apa adanya. Jangan berharap dia yang sempurna, karena kesempurnaan adalah ketika mencinta tanpa syarat"

"Air mata merupakan satu-satunya cara bagimana mata berbicara ketika bibir tak mampu menjelaskan apa yang membuatmu terluka"

"Mencintaimu hanya butuh waktu beberapa detik, namun untuk melupakanmu butuh waktu seumur hidupku"

"Jika kamu tulus mencintainya. Jangan hiasi matanya dengan air mata, telinganya dengan dusta, dan hatinya dengan luka"

"Kata cinta bukan hanya dengan perkataan dan tulisan tapi juga dengan perasaan"

"Hidup tak bisa lebih baik tanpa ada cinta, tapi cinta dengan cara yang salah akan membuat hidupmu lebih buruk"

"Cinta sejati adalah cinta yang mengutamakan pengabdian, kasih sayang dan perhatian"

"Cinta adalah berbagi, karena walau ada pada dua raga, tetap tetap pada satu hati"

"Cinta bukanlah tentang berapa lama kamu mengenal seseorang, tapi tentang seseorang yang membuatmu tersenyum sejak kamu mengenalnya"

"Cinta hadir karena perkenalan, bersemi karena perhatian dan bertahan karena kesetiaan"

"Cinta adalah kata yang sangat sederhana, namun menyimpan seribu rahasia"

"Ketakutan terbesar dalam hidupku bukanlah takut kehilanganmu, tapi takut kamu kehilangan kebahagiaan"

Kata kata Mutiara Reyza


1. Walau bagaimanapun juga, sahabatmu merupakan orang yang telah berjasa membangunkanmu dari keterpurukan, menghiburmu saat senang maupun susah. Begitu berartinya ia, dikala engkau takkan bisa melihat wajahnya lagi.

2. Seorang ibu tidak pernah memintamu untuk meletakkan dunia di tangannya, namun tutur kata yang halus, perangai yang santun, prilaku yang bertanggung jawab dari seorang anak yaitu kebahagiaan bagi seorang Ibu.

3. Terkadang rasa kecewa yang mendalam disebabkan oleh harapan diri yang terlalu tinggi terhadap sesuatu.

4. Jangan pernah menilai kebodohan seseorang, karena orang bodoh ialah orang yang menilai dirinya paling pintar.

5. Jika kehidupan membuat diri menangis, ingat ada ribuan kenangan indah yang membuat kita tersenyum.

6. Waktu malam merupakan saat yang tepat untuk mengenang kembali peristiwa pada hari ini maupun masa lalu, waktu yang tepat berkumpul bersama keluarga, waktu untuk belajar menjadi bijak dan istirahat dari kejenuhan.

7. Ketika kamu sedang senang,kamu nikmati musik nya,namun ketika kamu sedang sedih yang kamu resapi adalah syair nya. Karena sebuah lagu ialah kata dari hati yang enggan bicara.

8. Sejatinya, rasa sakit bukanlah sesuatu yang menjadikan seseorang lemah. Tapi untuk memberikan suatu kekuatan yang mendorong seseorang lepas dari keterpurukan. Percayalah.

9. Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, kerana kita tidak boleh selalu melihat ke belakang. Tapi pandanglah semua itu ke depan, pandanglah masa depan kita.


10. Ada hari dimana kita harus berhenti sejenak, menengok ke belakang lalu bersyukur.

11. Setiap jiwa yang dilahirkan telah tertanam dengan benih untuk mencapai keunggulan hidup. Tetapi benih tidak akan tumbuh seandainya tidak dibajai dengan keberanian.

12. Ya Allah... Terangilah jiwa kami dengan cahayaMu, bimbinglah langkah kami dengan petunjukMu dan Jagalah kami dari siksa api neraka. Aamiin.

13. Doa tanpa usaha dan perbuatan adalah sia-sia. Jadilah diri yang bijak.

14. Orang sombong biasa nya suka mengatakan yang berlebihan dan tak bijak, padahal itu semua tidak ada pada nya.

15. Apabila dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat kebaikan,maka jaminan bagi orang itu adalah tidak akan menemukan kemajuan walau selangkah sekalipun. --Soekarno

16. Ketika kehidupan tidak kamu jalani dengan penuh kesungguhan, maka kamu akan menjalaninya dengan penuh kelemahan.


17. Selalu jujur, karena kebebasan milik mereka yang jujur dan bijak. Orang yang berbohong tak bisa bebas, karena terperangkap kebohongannya.


18. Syukurilah kesulitan. Karena terkadang kesulitan mengantara kita pada hasil yang lebih baik dari apa yang kita bayangkan.

19. Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil , kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

20. Ingatlah, ketika kamu memutuskan berhenti untuk mencoba, saat itu juga kamu memutuskan untuk gagal.


21. Hidup bukan tentang mendapatkan apa yang kamu inginkan, tetapi tentang menghargai apa yang kamu miliki, dan sabar menanti yang akan menghampiri.

22. Seorang teman yang bijak tak akan mengecilkan impian temannya yg lain. Tapi sebaliknya, dia akan membantu mewujudkan semua impian temannya itu.

23. Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.

24. Jangan terus-terus tenggelam dalam kesedihan. Senyumlah, senyum untuk menjemput kebahagiaan, jangan menunggu bahagia baru tersenyum.

25. Mulutmu harimaumu. Kata kata yang keluar dari mulutmu mencerminkan kualitas dirimu.

26. Tak seorang pun punya kemampuan tuk melakukan hal sempurna, tapi setiap orang diberi banyak kesempatan tuk melakukan hal yang benar.


27. Berhentilah menghakimi masa lalu seseorang. Lebih baik berdirilah disampingnya, bantu dia memperindah masa depannya.

28. Tak ada kata terlambat tuk berubah, kesalahan apapun yang pernah kamu buat di masa lalu, kamu bisa menjadi seseorang yang baru saat ini.

29. Setia adalah kesopanan yang hanya dimiliki oleh orang yang ingin membahagiakan masa depannya.

30. Meski pernah terluka, jangan pernah berhenti mencinta, layaknya balita yang baru belajar berjalan, pasti awalnya akan ada luka yang sakit.


Kata Kata Bijak 31. Tersenyumlah dalam situasi apapun, tanpa disadari senyum itu yang akan menguatkanmu.

32. Masa lalu sudah lewat, tak akan kembali lagi, masa depan itu belum terjadi jadi kita tak tahu apa yang terjadi dan akhirnya hanya berangan berharap sesuatu, tapi di masa kinilah, kita harus menentukan dan membuat keputusan terhadap diri kita.


33. Di balik kehebatan seorang laki-laki lihatlah dulu siapa wanita hebat di belakangnya. Wanita adalah tiang negara yang bijak.


34. Pertanyaan hidup yang paling penting dan mendesak adalah: Apa yang telah engkau lakukan untuk sesamamu?

35. Kebahagiaan sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan, dan kekecewaan, tapi dengan kesabaran, kita segera akan melihat bentuk aslinya. Insya Allah.

36. Ketika kamu mencintai seorang perempuan, itu ibarat seperti menyunting sekuntum mawar. Kadangkala kamu mencium harum mawar tersebut, tapi kadangkala kamu terasa bisa duri mawar itu menusuk jari.

37. Puisi bukanlah pendapat yang dinyatakan. Ia adalah lagu yang muncul dari luka yang tak berdarah dan mulut yang tersenyum.

38. Karena sesungguhnya kebahagiaan bukanlah hasil, dia merupakan hadiah setelah berusaha.

39. Tak semua tangisan berarti duka. Terkadang, air mata adalah kebahagiaan yang tak mampu diungkapkan oleh lisan.

40. Saat kau mampu memaafkan & tersenyum kepada orang yang menyakitimu, saat itulah kau memastikan bahwa dirimu lebih baik darinya.

41. Cara terbaik untuk menghukum orang yang berbuat salah kepada kita adalah berbuat baik dan bijak selalu pada nya.

42. Dibutuhkan kedewasaan untuk memahami pemikiran orang dewasa. Dan terkadang masalah adalah jalan untuk mendewasakan diri dan menjadikan diri lebih bijak.


43. Tak tampan tak jadi soal, karena pria memimpin bukan dengan ketampanan tapi dengan tanggung jawab, kebijaksanaan dan suri tauladan.

44. Apa yang nampak mempesona hanyalah sebatas kulit yang akan sirna seiring pertambahan usia.

45. Banyak jalan menuju kesuksesan, tapi ingat banyak jalan juga menuju kegagalan. Yang pasti variabel tetap dari kesuksesan adalah pengalaman kita gagal. Selamat bekerja!


46. Hari ini sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik, Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali.


47. Kenali terlebih dahulu sebelum menilai, karena yang tampak indah tak selalu indah dan yang tampak buruk tak selalu buruk.

48. Mencemaskan apa yang mungkin terjadi hanya membuang-buang waktumu. Itu tak akan mengubah apapun dan pikiranmu pun tak menentu.


49. Jika aku harus memilih ibu atau ayah, aku tidak akan memilih keduanya, karena mereka tidak untuk dipilih tapi untuk kubanggakan sebagaimana mereka membanggakan diriku yang lemah ini.

50. Kebesaran hati seseorang, dapat dilihat dari kemampuannya dalam memaafkan kesalahan dirinya pun orang lain.

51. Hidup itu bukan hanya membahagiakan diri sendiri, tapi bagilah kebahagiaan itu kepada orang di sekeliling kita karena kebahagiaan itu akan bertambah ketika dibagi.


52. Jangan iri atas keberhasilan orang lain, karena kamu tidak mengetahui apa yang telah ia korbankan untuk mencapai keberhasilannya itu.

53. Seburuk-buruknya keadaanku,sejatuh-jatuhnya aku, selelah-lelahnya hidupku, setidaknya aku masih punya Dia, tempatku bersandar & mengadu. Berharap jalanku selalu mendapat sinar-Nya.

54. Dewasa adalah ketika kita mampu bersikap lebih bijak dan tidak emosional dalam menghadapi suatu masalah.

55. Tidak masalah seberapa sering engkau jatuh, yang terpenting adalah seberapa cepat engkau bangkit.

56. Pada waktu anda memberi ruang di hati anda untuk kebencian, maka anda sebenarnya sedang memberi pupuk bagi penderitaan batin.

57. Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang, melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh.

58. Mengukir prestasi itu mudah, tetapi mempertahankan prestasi itu yang sulit.

59. Lakukanlah yang terbaik dalam sebuah kesempatan. Karena mungkin itu kesempatan terakhirmu, yang tak akan bisa kamu dapatkan lagi selamanya.

60. Setiap pekerjaan dahulukan dengan doa, niscaya akan lancar.

61. Menyabut paku yang tertancap pada kayu tidaklah cukup, karena tancapan paku tersebut masih menyisakan lubang. Mengampuni saja tak cukup jika tidak memperbaiki hati.

62. Mengucapkan kata kata lebih mudah dibanding bertindak. Karenanya, orang yang bijak adalah orang yang mampu mebuktikkan ungkapannya.

63. Cinta yang baik juga harus bisa membuatmu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bila cintamu membuat hidupmu lebih buruk, maka jangan takut untuk melepaskannya pergi.

64. Ada dua perkara yang tidak lepas dari dusta, yaitu terlalu banyak berjanji dan terlalu keras mencari sebuah alasan.

65. Hidup anda tidak akan pernah merasakan ketenangan dan kedamaian, jika anda memelihara dan menyuburkan sikap iri hati.

TRIAGE DAN MANJEMEN GAWAT DARURAT

TRIAGE 


 A. Defenisi 
Triage Suatu sistem seleksi penderita yang menjamin supaya tidak ada penderita yang tidak mendapat perawatan (kapukonline.com). Sebuah tindakan pengelompokan pasien berdasarkan berat ringannya kasus, harapan hidup dan tingkat keberhasilan yang akan dicapai sesuai dengan standar pelayanan UGD yang dimiliki (kompasiana.com)

Triage is derived from french word, “trier,” meaning to sort out. It was first used by the french military during world war I, when victim were sorted and clasified according to the type and urgency of their condition for the purpose of determining medical treatment priorities (Grossman, 2003)

Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa . Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya . Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-waktu. Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan triage.



B. Golongan Triage

Dalam triage ada 5 golongan

1. Golongan I (Label Hijau) :

Penderita tidak luka / menderita gangguan jiwa sehingga tidak memerlukan tindakan bedah.

2. Golongan II (Label Kuning) :

Penderita dengan luka ringan dan memerlukan tindakan bedah minor.

3. Golongan III (Label Merah) :

Penderita keadaan luka berat / syok.

4. Golongan IV (Label Putih) :

Penderita dengan luka berat tetapi sulit ditolong

5. Golongan V (Label Hitam) :

Penderita meninggal dunia



C. Sistem Triage

Sistem triage ada 2 yaitu :

1. Non Disaster

Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu pasien

2. Disaster

Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah banyak



D. Tipe-tipe Triage di Rumah Sakit

1. Type 1 : Traffic Director or Non Nurse

a. Hampir sebagian besar berdasarkan system triage

b. Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah

c. Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa sakitnya

d. Tidak ada dokumentasi

e. Tidak menggunakan protocol



2. Type 2 : Cek Triage Cepat

a. Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregristrasi atau dokter

b. Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama

c. Evaluasi terbatas

d. Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera mendapat perawatan pertama



3. Type 3 : Comprehensive Triage

a. Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan berpengalaman

b. 4 sampai 5 sistem katagori

c. Sesuai protokol



E. Klasifikasi Triage Berdasarkan Kasus

1. Prioritas 1 – Kasus Berat

a. Perdarahan berat

b. Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla

c. Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat

d. Fraktur terbuka dan fraktur compound

e. Luka bakar > 30 % / Extensive Burn

f. Shock tipe apapun



2. Prioritas 2 – Kasus Sedang

a. Trauma thorax non asfiksia

b. Fraktur tertutup pada tulang panjang

c. Luka bakar terbatas

d. Cedera pada bagian / jaringan lunak



3. Prioritas 3 – Kasus Ringan

a. Minor injuries

b. Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan



4. Prioritas 0 – Kasus Meninggal

a. Tidak ada respon pada semua rangsangan

b. Tidak ada respirasi spontan

c. Tidak ada bukti aktivitas jantung

d. Tidak ada respon pupil terhadap cahaya




MANAJEMEN GAWAT DARURAT

A. Defenisi Manajemen Gawat Darurat

Manajemen Gawat Darurat Dalam sebuah pelayanan kesehatan tentunya juga tidak terlepas dari sebuah unit yang menangani kegawatdaruratan dan di rumah sakit biasa kita kenal dengan nama dan istilah Unit Gawat Darurat (UGD).



B. Prinsip Manajemen Gawat Darurat

1. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik).

2. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.

3. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan).

4. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara menyeluruh. Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada ortopnea), lindungi korban dari kedinginan.

5. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan dan yakinkan akan ditolong.

6. Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika hanya ada kondisi yang membahayakan.

7. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan tindakan anastesi umum dalam waktu dekat.

8. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan dan terdapat alat transportasi yang memadai.



C. Kesiapan Dalam Gawat Darurat

1. Siap mental, dalam arti bahwa ”emergency can not wait”. Setiap unsur yang terkait termasuk perawat harus menghayati bahwa aritmia dapat membawa kematian dalam 1 – 2 menit. Apnea atau penyumbatan jalan napas dapat mematikan dalam 3 menit.

2. Siap pengetahuan dan ketrampilan. Perawat harus mempunyai bekal pengetahuan teoritis dan patofisiologi berbagai penyakit organ tubuh penting. Selain itu juga keterampilan manual untuk pertolongan pertama.

3. Siap alat dan obat. Pertolongan pasien gawat darurat tidak dapat dipisahkan dari penyediaan/logistik peralatan dan obat-obatan darurat.



D. Urutan Pertolongan Dalam Keadaan Gawat Darurat

1. Bila mungkin, minta orang lain untuk memanggil dokter/ambulan sementara anda melakukan pertolongan pertama.

2. Periksa pernafasan. Bila berhenti, segera mulai dengan pernafasan dari (resusitas) mulut ke mulut. Prioritas utama adalah mengusahakan penderita bernafas kembali kecuali pada penderita kasus tersedak.

3. Periksa adanya perdarahan hebat. Bila ada, hentikan perdarahan

4. Bila menduga adanya cedera tulang, belakang, jangan merubah posisi penderita. (Cidera tulang belakang bisa terjadi bila penderita jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu lintas yang serius, atau mengalami rasa kebal/hilang rasa/tidak bisa menggerakkan anggota tubuh atas ataupun bawah).

5. Bila penderita pingsan tetapi pernafasan normal tanpa cedera tulang belakang, baringkan dalam posisi istirahat.

6. Jangan meninggalkan penderita sebelum petugas medis datang. Bila anda sendirian dan tidak mungkin memanggil petugas medis, tetapi tidak ada cedera tulang belakang dan keadaan penderita cukup stabil, bawa penderita ke Unit gawat darurat di rumah sakit/Puskesmas terdekat.


Konsep Kamar Operasi

A.Pengertian Kamar Operasi

Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril).

Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area.

1. Area bebas terbatas (unrestricted area)

Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus kamar operasi.

2. Area semi ketat (semi restricted area)

Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi yang terdiri atas topi, masker, baju dan celana operasi.

3. Area ketat/terbatas (restricted area).

Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap dan melaksanakan prosedur aseptic.



B. Job Description Kamar Operasi

Peran perawat perioperatif tampak meluas, mulai dari praoperatif, intraoperatif, sampai ke perawatan pasien pascaanestesi. Peran perawat di kamar operasi berdasarkan fungsi dan tugasnya terbagi 3 yaitu :

1. Perawat administratif

2. Perawat pada pembedahan

3. Perawat pada anestesi

Pada parktiknya, peran perawat perioperatif dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1. Lama pengalaman

Lamanya pengalaman bertugas dikamar operasi, terutama pada kamar pembedahan khusus, seperti sebagai perawat instrumen di kamar bedah saraf, onkologi, ginekologi, dan lain lain akan memberikan dampak yang besar terhadap peran perawat dalam menentukan hasil pembedahan.

2. Kekuatan dan ketahanan fisik

Beberapa jenis pembedahan, seperti bedah saraf, toraks, kardiovaskular, atau spina memerlukan waktu operasi yang panjang. Pada kondisi tersebut, perawat instrumen harus berdiri dalam waktu lama dan dibutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi. Oleh karena itu, agar mengikuti jalannya pembedahan secara optimal, dibutuhkan kekuatan dan ketahanan fisik yang baik.

3. Keterampilan

Keterampilan terdiri atas keterampilan psikomotor, manual, dan interpersonal yang kuat. Agar dapat mengikuti setiap jenis pembedahan yang berbeda-beda, perawat instrumen diharapkan mampu untuk mengintegrasikan antara keterampilan yang dimiliki dengan keinginan dari operator bedah pada setiap tindakan yang dilakukan dokter bedah dan asisten bedah. Hal ini akan memberikan tantangan tersendiri pada perawat untuk mengembangkan keterampilan psikomotor mereka agar bisa mengikuti jalannya pembedahan.

4. Sikap professional

Pada kondisi pembedahan dengan tingkat kerumitan yang tinggi, timbul kemungkinan perawat melakukan kesalahan saat menjalankan perannya. Perawat harus bersikap professional, dan mau menerima teguran. Kesalahan yang dilakukan oleh salah satu peran akan berdampak pada keseluruhan proses dan hasilpempedahan.

5. Pengetahuan

Yaitu pengetahuan tentang prosedur tetap yang digunakan institusi. Perawat menyesuaikan peran yang akan dijalankan dengan kebijakan dimana perawat tersebut bekerja. Pengetahuan yang optimal tentang prosedur tetap yang berlaku akan memberikan arah pada peran yang dilaksanakan.



C. Peran Perawat Pre Operasi

Sebelum tindakan operasi dimulai, peran perawat melakukan pengkajian pre operasi

awal, merencanakan penyuluhan dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan

pasien, melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam wawancara, memastikan

kelengkapan pemeriksaan praoperasi, mengkaji kebutuhan klien dalam rangka

perawatan post operasi.

a) Pengkajian

Sebelum operasi dilaksanakan pengkajian menyangkut riwayat kesehatan dikumpulkan, pemeriksaan fisik dilakukan, tanda-tanda vital di catat dan data dasar di tegakkan untuk perbandingan masa yang akan datang. Pemeriksaan diagnostik mungkin dilakukan seperti analisa darah, endoskopi, rontgen, endoskopi, biopsi jaringan, dan pemeriksaan feses dan urine. Perawat berperan memberikan penjelasan pentingnya pemeriksaan fisik diagnostik.

Disamping pengkajian fisik secara umum perlu di periksa berbagai fungsi organ seperti pengkajian terhadap status pernapasan, fungsi hepar dan ginjal, fungsi endokrin, dan fungsi imunologi.

Status nutrisi klien pre operasi perlu dikaji guna perbaikan jaringan pos operasi, penyembuhan luka akan di pengaruhi status nutrisi klien. Demikian pula dengan kondisi obesitas, klien obesitas akan mendapat masalah post operasi dikarenakan lapisan lemak yang tebal akan meningkatkan resiko infeksi luka, juga terhadap kesulitan teknik dan mekanik selama dan setelah pembedahan.

b) Informed Consent

Tanggung jawab perawat dalam kaitan dengan Informed Consent adalah memastikan bahwa informed consent yang di berikan dokter di dapat dengan sukarela dari klien, sebelumnya diberikan penjelasan yang gamblang dan jelas mengenai pembedahan dan kemungkinan resiko.

c) Pendidikan Pasien Pre operasi

Penyuluhan pre operasi didefinisikan sebagai tindakan suportif dan pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam meningkatkan kesehatannya sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tuntutan klien akan bantuan keperawatan terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan pengetahuan, keterampilan,dan perubahan perilaku.

Dalam memberikan penyuluhan klien pre operasi perlu dipertimbangkan masalah waktu, jika penyuluhan diberikan terlalu lama sebelum pembedahan memungkinkan klien lupa, demikian juga bila terlalu dekat dengan waktu pembedahan klien tidak dapat berkonsentrasi belajar karena adanya kecemasan atau adanya efek medikasi sebelum anastesi.

d) Informasi Lain

Pasien mungkin perlu diberikan penjelasan kapan keluarga atau orang terdekat dapat menemani setelah operasi. Pasien dianjurkan berdo’a.Pasien diberi penjelasan kemungkinan akan dipasang alat post operasinya seperti ventilator, selang drainase atau alat lain agar pasien siap menerima keadaan post operasi.



D. Peran Perawat Administratif

perawat administratif berperan dalam pengaturan manajemen penunjang pelaksanaan pembedahan. Biasanya terdiri dari perencanaan dan pengaturan staf, kolaborasi penjadwalan pasien bedah, perencanaan manajemen material, dan manajemen kinerja.

Peran perawat administratif :

a. Perencanaan dan Pengaturan Staf

Pengaturan dan penjadwalan staf adalah tanggungbjawab manajemen tang dipercayakan dan diberikan kepada perawat administratif. Dalam upaya memenuhi standar ini, staf yang melakukan tanggung jawab administratif ini harus memahami cara untuk mengembangkan standar pengaturan dan penjadwalan staf.

Menurut Gruendemann (2006), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pengaturan staf, yaitu :

1) Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan

2) Mengidentifikasi jumlah staf yang diperlukan

3) Mengidentifikasi tipe pekerja yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut

4) Mengembangkan pola pengaturan untuk penjadwalan staf. Penjadwalan staf meliputi pengembangan kebijakan penjadwalan dan pengembangan jadwal kerja untuk staf.

b. Identifikasi Jenis Pekerjaan

Dikamar operasi staf pekerjaan dibagi menjadi staf perawatan langsung dan staf perawatan tak langsung.

Staf perawatan langsung terdiri dari perawat scrub, perawat sirkulasi (unloop), perawat anestesi, dan perawat asisten operasi.

Staf perawatan tidak langsung tidak memberikan asuhan langsung kepada pasien. Semua personel tambahan yang diperlukan untuk mendukung ruang operasi, seperti sekretaris, teknisi instrumen, personel pelayanan lingkungan, personel transport, personel keuangan, dan perawat administratif dipertimbangkan juga sebagai pemberi perawatan tidak langsung.

Perencanaan jumlah staf perawatan langsung atau tidak langsung disesuaikan berdasarkan kebutuhan dari jumlah ruang operasi yang tersedia setiap jam per hari dan disesuaikan dengan kebujakan pada setiap institusi.

c. Penjadwalan staf

Kebijakan penjadwalan menjadi kerangka kerja untuk mengembangkan jadwal kerja staf yang dilakukan secara adil dan konsisten, dalam kaitannya dengan pedoman penjadwalan yang jelas. Kebijakan harus mencakup tanggung jawab staf untuk bekerja pada akhir minggu, merotasi shift, memenuhi panggilan, bekerja pada hari libur, dan bekerja tengah malam.

Kebijakan juga harus meliputi penetapan waktu libur dan mengidentifikasi rasio staf perawatan langsung seperti perawat scrub, perawat asisten operasi, dan perawat anestesi per shift.

d. Penjadwalan Pasien Bedah

Dilakukan oleh perawat administratif berkolaborasi dengan dokter bedah pada setiap kamar bedah yang tersedia. Peran perawat supervisor atau administratif dalam mengatur jadwal pasien bedah bertujuan untuk menjaga kondisi para perawat perioperatif di kamar bedah.

Kolaborasi dilakukan dengan memperhitungkan jenis dan lamanya pembedahan.

e. Manajemen Material dan Inventaris

Perawat administratif yang melakukan perencanaan dan control terhadap inventaris dan material biasanya adalah Kepala Perawat di ruang operasi yang dibantu oleh staf nonoperatif.

Barang inventaris yang berada digudang kamar operasi seperti kereta lemari, tempat pemnyimpanan kereta, tempet penyimpanan barang-barang khusus dikamar operasi, dan cabinet masing-masing kamar operasi. Persediaan tersebut dapat berupa peralatan medis dan bedah, barang steril dan non steril, obat-obatan, baki untuk instrumen, atau barang lain yang digunakan dikamar operasi. Inventaris biasanya selalu mengacu pada barang medis dan bedah yang sebagian besar bersifat habis pakai.

Fungsi kontrol terhadap material dilakukan dengan tuuan untuk memberikan rasa percaya antarstaf. Persediaan harus memadai jika sewaktu-waktu diperlukan.

f. Pengaturan kinerja

Pengaturan kinerja dengan cara yang sistematis agar staf dapat mencapai tujuan penyelesaian tugas secara optimal.

Perencanaan kegiatan sistematis direncanakan secara individual terhadap seluruh staf, misalnya pengaturan staf baru dengan metode orientasi dasar, bimbingan kompetensi kamar operasi, dan pengenalan alat canggih. Implementasi kegiatan dapat berupa umpan balik terhadap hasil yang terlaksana. Penilaian kinerja staf akan mencermati hasil disesuaikan dengan kebijakan institusi.







E. Peran Perawat Instrumen

Perawat scrub atau di Indonesia dikenal sebagai perawat instrumen memiliki tanggung jawab terhadap manajemen instrumen operasi pada setiap jenis pembedahan. Secara spesifik peran dan tanngung jawab dari perawat instrumen adalah sebgai berikut :

1) Perawat instrumen menjaga kelengkapan alat instrumen steril yang sesuai dengan jenis operasi.

2) Perawat instrumen harus selalu mengawasi teknik aseptik dan memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai kebutuhan dan menerimanya kembali

3) Perawat instrumen harus terbiasa dengan anatomi dasar dan teknik-teknik bedah yang sedang dikerjakan.

4) Perawat instrumen harus secara terus menerus mengawasi prosedur untuk mengantisipasi segala kejadian

5) Melakukan manajemen sirkulasi dan suplai alat instrumen operasi. Mengatur alat-alat yang akan dan telah digunakan. Pada kondisi ini perawat instrumen harus benar-benar mengetahui dan mengenal alat-alat yang akan dan telah digunakan beserta nama ilmiah dan mana biasanya, dan mengetahui penggunaan instrumen pada prosedur spesifik.

6) Perawat instrumen harus mempertahankan integritas lapangan steril selama pembedahan.

7) Dalam menangani instrumen, Perawat instrumen harus mengawasi semua aturan keamanan yang terkait. Benda-benda tajam, terutama skapel, harus diletakkan dimeja belakang untuk menghindari kecelakaan.

8) Perawat instrumen harus memelihara peralatan dan menghindari kesalahan pemakaian.

9) Perawat instrumen harus bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan kepada tim bedah mengenai setiap pelanggaran teknik aseptik atau kontaminasi yang terjadi selama pembedahan.

10) Menghitung kasa, jarum, dan instrumen. Perhitungan dilakukan sebelum pembedahan dimulai dan sebelum ahli bedah menutup luka operasi.





F. Peran Perawat Sirkulasi

Perawat sirkulasi atau dikenal juga dengan sebutan perawat unloop bertanggung jawab menjamin terpenuhinya perlengkapan yang dibutuhkan oleh perawat instrumen dan mengobservasi pasien tanpa menimbulkan kontaminasi terhadap area steril.

Perawat sirkulasi adalah petugas penghubung antara area steril dan bagian ruang operasi lainnya. Secara umum, peran dan tangggung jawab perawat sirkulasi adalah sebagai berikut :

1) Menjemput pasien dari bagian penerimaan, mengidentifikasi pasien, dan memeriksa formulir persetujuan.

2) Mempersiapkan tempat operasi sesuai prosedur dan jenis pembedahan yang akan dilaksanakan. Tim bedah harus diberitahu jika terdapat kelainan kulit yang mungkin dapat menjadi kontaindikasi pembedahan.

3) Memeriksa kebersihan dan kerapian kamar operasi sebelum pembedahan. Perawat sirkulasi juga harus memperhatikan bahwa peralatan telah siap dan dapat digunakan. Semua peralatan harus dicoba sebelum prosedur pembedahan, apabila prosedur ini tidak dilaksanakan maka dapat mengakibatkan penundaan atau kesulitan dalam pembedahan.

4) Membantu memindahkan pasien ke meja operasi, mengatur posisi pasien, mengatur lampu operasi, memasang semua elektroda, monitor, atau alat-alat lain yang mungkin diperlukan.

5) Membantu tim bedah mengenakan busana (baju dan sarung tangan steril)

6) Tetap ditempet selema prosedur pembedahan untuk mengawasi atau membantu setiap kesulitan yang mungkin memerlukan bahan dari luar area steril

7) Berperan sebagai tangan kanan perawat instrumen untuk mengambil, membawa, dan menyesuaikan segala sesuatu yang diperlukan oleh perawat instrumen. Selain itu juga untuk mengontrol keperluan spons, instrumen dan jarum.

8) Membuka bungkusan sehingga perawat instrumen dapat mengambil suplai steril.

9) Mempersiapkan catatan barang yang digunakan serta penyulit yang terjadi selama pembedahan.

10) Bersama dengan perawat instrumen menghitung jarum, kasa, dan kompres yang digunakan selama pembedahan.

11) Apabila tidak terdapat perawat anestesi, maka perawat sirkulasi membantu ahli anestesi dalam melakukan induksi anestesi.

12) Mengatur pengiriman specimen biopsy ke labolatorium

13) Menyediakan suplai alat instrumen dan alat tambahan.

14) Mengeluarkan semua benda yang sudah dipakai dari ruang operasi pada akhir prosedur, memastikan bahwa semua tumpahan dibersihkan, dan mempersiapkan ruang operasi untuk prosedur berikutnya.





G. Peran Perawat Anestesi

Perawat anestesi adalah perawat dengan pendidikan perawat khusus anestesi. Peran utama sebagai perawat anestesi pada tahap praoperatif adalah memastikan identitas pasien yang akan dibius dan melakukan medikasi praanestesi. Kemudian pada tahap intraoperatif bertanggung jawab terhadap manajemen pasien, instrumen dan obat bius membantu dokter anestesi dalm proses pembiusan sampai pasien sadar penuh setelah operasi.

Pada pelaksanaannnya saat ini, perawat anestesi berperan pada hampir seluruh pembiusan umum. Perawat anestesi dapat melakukan tindakan prainduksi, pembiusan umum, dan sampai pasien sadar penuh diruang pemulihan.

Peran dan tanggung jawab perawat anestesi secara spesifik antara lain :

1) Menerima pasien dan memastikan bahwa semua pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai peraturan institusi

2) Melakukan pendekatan holistik dan menjelaskan perihal tindakan prainduksi

3) Manajemen sirkulasi dan suplai alat serta obat anestesi

4) Pengaturan alat-alat pembiusan yang telah digunakan.

5) Memeriksa semua peralatan anestesi (mesin anestesi, monitor dan lainnya) sebelum memulai proses operasi.

6) Mempersiapkan jalur intravena dan arteri, menyiapkan pasokan obat anestesi, spuit, dan jarum yang akan digunakan; dan secara umum bertugas sebagai tangan kanan ahli anestesi, terutama selama induksi dan ektubasi.

7) Membantu perawat sirkulasi memindahkan pasien serta menempatkan tim bedah setelah pasien ditutup duk dan sesudah operasi berjalan.

8) Berada di sisi pasien selama pembedahan, mengobservasi, dan mencatat status tanda-tanda vital, obat-obatan, oksigenasi, cairan, tranfusi darah, status sirkulasi, dan merespon tanda komplikasi dari operator bedah.

9) Memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan ahli anestesi untuk melakukan suatu prosedur (misalnya anestesi local, umum, atau regional)

10) Member informasi dan bantuan pada ahli anestesi setiap terjadi perubahan status tanda-tand vital pasien atau penyulit yang mungkin mengganggu perkembangan kondisi pasien.

11) Menerima dan mengirim pasien baru untuk masuk ke kamar prainduksi dan menerima pasien di ruang pemulihan .



H. Peran Perawat Ruang Pemulihan

Perawat ruang pemulihan adalah perawat anestesi yang menjaga kondisi pasien sampai sadar penuh agar bisa dikirim kembali ke ruang rawat inap.

Tanggung jawab perawat ruang pemulihan sangat banyak karena kondisi pasien dapat memburuk dengan cepat pada fase ini. Perawat yang bekerja diruangan ini harus siap dan mampu mengatasi setiap keadaan darurat. Walaupun pasien di ruang pemulihan merupakan tanggung jawab ahli anestesi, tetapi ahli anestesi mengandalkan keahlian perawat untuk memantau dan merawat pasien sampai bbenar-benar sadar dan mampu dipindahkan keruang rawat inap.



DAFTAR PUSTAKA



Muttaqin, Arif dan Kumala Sari.2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Rabu, 26 Februari 2014

Laporan Pendahuluan Askep HIV - AIDS


HIV - AIDS

 A. PENGERTIAN   

1     HIV

§ Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang termasuk dalam family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan menggunakan RNA nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama masa inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik laten), dan utamanya penyebab munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam 2007).

§ Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri dari dua grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1 yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang mereplikasi dengan menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menginfeksi sel mamalia (Finch, Moss, Jeffries dan Anderson, 2007 ).

§ HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).

§ Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006).

§ HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2006).

            2.      AIDS

§  

B.     ETIOLOGI
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005).

C.     PATOFISIOLOGI
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

T TANDA DAN GEJALA

Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):

1. Gejala mayor:

a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

e. Demensia/ HIV ensefalopati

2. Gejala minor:

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

b. Dermatitis generalisata

c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang

d. Kandidias orofaringeal

e. Herpes simpleks kronis progresif

f. Limfadenopati generalisata

g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

h. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.

1. Fase awal

Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.

2. Fase lanjut

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.

3. Fase akhir

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. Gejala Minor

Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat dibagikan mengikut fasenya.

1. Fase akut

Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-6 minggu selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul adalah demam, faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi, malaise, anorexia, penurunan berat badan, mual, muntah, diare, meningitis, ensefalitis, periferal neuropati, myelopathy, mucocutaneous ulceration, dan erythematous maculopapular rash. Gejala-gejala ini muncul bersama dengan ledakan plasma viremia. Tetapi demam, ruam kulit, faringitis dan mialgia jarang terjadi jika seseorang itu diinfeksi melalui jarum suntik narkoba daripada kontak seksual. Selepas beberapa minggu gejala-gajala ini akan hilang akibat respon sistem imun terhadap virus HIV. Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami limfadenopati dalam fase ini yang akan sembuh sendiri.

2. Fase asimptomatik

Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus HIV akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat pengembangan penyakit secara langsung berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang tinggi lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang rendah.

3. Fase simptomatik

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

E. CARA PENULARAN

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu (KPA, 2007).

Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Air Susu Ibu). (Zein, 2006)

1. Seksual

Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV.

2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV.

3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan.

4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.

5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV

6. Penularan dari ibu ke anak

7. Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.

8. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan petugas laboratorium.

Terdapat resiko penularan melalui pekerjaaan yang kecil namun defenitif, yaitu pekerja kesehatan, petugas laboratorium, dan orang lain yang bekerja dengan spesimen/bahan terinfeksi HIV, terutama bila menggunakan benda tajam (Fauci, 2000).

Tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi baik melalui ciuman maupun pajanan lain misalnya sewaktu bekerja pada pekerja kesehatan. Selain itu air liur terdapat inhibitor terhadap aktivitas HIV (Fauci, 2000). Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain:

1. Kontak fisik

§ Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang tertular.

§ Dari keringat, ludah, air mata, pakaian, telepon, kursi toilet atau melalui hal-hal sehari-hari seperti berbagi makanan, tidak akan menyebabkan seseorang tertular.

2. Memakai milik penderita

Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular.

3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.

4. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jika seseorang terinfeksi, semakin cepat dia tahu lebih baik. Pasien dapat tetap sehat lebih lama dengan pengobatan awal dan dapat melindungi orang lain dengan mencegah transmisi. Tes-tes ini mendeteksi keberadaan virus dan protein yang menghasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus. Protein ini yang dikenal sebagai antibodi, biasanya tidak terdeteksi sampai sekitar 3-6 minggu setelah infeksi awal. Maka jika melakukan tes 3 hingga 6 minggu selepas paparan akan memberi hasil tes yang negatif (Swierzewski, 2010).

Menurut University of California San Francisco (2011), ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) adalah salah satu tes yang paling umum dilakukan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi HIV. ELISA sensitif pada infeksi HIV.

kronis, tetapi karena antibodi tidak diproduksi segera setelah infeksi, maka hasil tes mungkin negatif selama beberapa minggu setelah infeksi. Walaupun hasil tes negatif pada waktu jendela, seseorang itu mempunyai risiko yang tinggi dalam menularkan infeksi. Jika hasil tes positif, akan dilakukan tes Western blot sebagai konfirmasi. Tes Western blot adalah diagnosa definitif dalam mendiagnosa HIV. Di mana protein virus ditampilkan oleh acrylamide gel electrophoresis, dipindahkan ke kertas nitroselulosa, dan ia bereaksi dengan serum pasien. Jika terdapat antibodi, maka ia akan berikatan dengan protein virus terutama dengan protein gp41 dan p24. Kemudian ditambahkan antibodi yang berlabel secara enzimatis terhadap IgG manusia. Reaksi warna mengungkapkan adanya antibodi HIV dalam serum pasien yang telah terinfeksi (Shaw dan Mahoney, 2003) Tes OraQuick adalah tes lain yang menggunakan sampel darah untuk mendiagnosis infeksi HIV. Hasil tes ini dapat diperoleh dalam masa 20 menit. Hasil tes positif harus dikonfirmasi dengan tes Western blot (MacCann, 2008).

Tes ELISA dan Western blot dapat mendeteksi antibodi terhadap virus, manakala polymerase chain reaction (PCR) mendeteksi virus HIV. Tes ini dapat mendeteksi HIV bahkan pada orang yang saat ini tidak memproduksi antibodi terhadap virus. Secara khusus, PCR mendeteksi “proviral DNA”. HIV terdiri dari bahan genetik yang dikenal RNA. Proviral DNA adalah salinan DNA dari RNA virus. PCR digunakan untuk konfirmasi kehadiran HIV ketika ELISA dan Western blot negatif; dalam beberapa minggu pertama setelah infeksi, sebelum antibodi dapat dideteksi; jika hasil Western blot tidak tentu dan pada bayi baru lahir dimana antibodi ibunya merumitkan tes lain (Swierzewski, 2010).



E. KOMPLIKASI

Komplikasi primer :

§ MCMD (Minor Cognitive Motor Disorder

§ Neurobiologi (meningitis, mylopati, neuropati )

§ Infeksi (toxoplasmosis, ensefalitis, cytomegalovirus/CMV

§ Leikoencepalopati multifoksl progresif (neoplasma dan delirium)

. PENCEGAHAN

Menurut The National Women’s Health Information Center (2009), tiga cara untuk pencegahan HIV/AIDS secara seksual adalah abstinence (A), artinya tidak melakukan hubungan seks, be faithful (B), artinya dalam hubungan seksual setia pada satu pasang yang juga setia padanya, penggunaan kondom (C) pada setiap melakukan hubungan seks. Ketiga cara tersebut sering disingkat dengan ABC.

Terdapat cara-cara yang efektif untuk motivasikan masyarakat dalam mengamalkan hubungan seks aman termasuk pemasaran sosial, pendidikan dan konseling kelompok kecil. Pendidikan seks untuk remaja dapat mengajarkan mereka tentang hubungan seksual yang aman, dan seks aman. Pemakaian kondom yang konsisten dan betul dapat mencegah transmisi HIV (UNAIDS, 2000).

Bagi pengguna narkoba harus mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengurangi risiko tertular HIV, yaitu beralih dari NAPZA yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral, jangan gunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air atau alat untuk menyiapkan NAPZA, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali, ketika mempersiapkan NAPZA, gunakan air yang steril atau air bersih dan gunakan kapas pembersih beralkohol untuk bersihkan tempat suntik sebelum disuntik (Watters dan Guydish, 1994).

Bagi seorang ibu yang terinfeksi HIV bisa menularkan virus tersebut kepada bayinya ketika masih dalam kandungan, melahirkan atau menyusui. Seorang ibu dapat mengambil pengobatan antiviral ketika trimester III yang dapat menghambat transmisi virus dari ibu ke bayi. Seterusnya ketika melahirkan, obat antiviral diberi kepada ibu dan anak untuk mengurangkan risiko transmisi HIV yang bisa berlaku ketika proses partus. Selain itu, seorang ibu dengan HIV akan direkomendasikan untuk memberi susu formula karena virus ini dapat ditransmisi melalui ASI ( The Nemours Foundation, 1995).

Para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) yang meliputi, cara penanganan dan pembuangan barang-barang tajam , mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah dilakukannya semua prosedur, menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata pelindung (goggles) saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya, melakukan desinfeksi instrumen kerja dan peralatan yang terkontaminasi dan penanganan seprei kotor/bernoda secara tepat.Selain itu, darah dan cairan tubuh lain dari semua orang harus dianggap telah terinfeksi dengan HIV, tanpa memandang apakah status orang tersebut baru diduga atau sudah diketahui status HIV-nya (Komisi Penanggulangan AIDS, 2010-2011).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orangyang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang sangat aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan:

a. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya AZT, ddl, ddC & 3TC).

b. Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam sel–sel. Obat–obatan NNRTI termasuk: Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).

c. Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan rumah dan dilepaskan.

2. Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): seorang wanita yang mengidap HIV(+) dapatmenularkan HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari intervensi pencegahan, kemungkinan bahwa bayi dari seorang wanita yang mengidap HIV(+) akan terinfeksi kira–kira 25%–35%. Dua pilihan pengobatan tersedia untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Obat–obatan tersebut adalah:

a. Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang dari 14–28 minggu selama masa kehamilan. Studi menunjukkan bahwa hal ini menurunkan angka penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek dimulai pada kehamilan terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50% penurunan. Suatu rangkaian pendek dimulai pada masa persalinan sekitas 38%. Beberapa studi telah menyelidiki pengunaan dari Ziduvidine (AZT) dalam kombinasi dengan Lamivudine (3TC)

b. Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa persalinan dan satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 2–3 hari. Diperkirakan bahwa dosis tersebut dapat menurunkan penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya digunakan pada ibu dengan membawa satu tablet kerumah ketika masa persalinan tiba, sementara bayi tersebut harus diberikan satu dosis dalam 3 hari.

3. Post–exposure prophylaxis (PEP) adalah sebuah program dari beberapa obat antiviral, yang dikonsumsi beberapa kali setiap harinya, paling kurang 30 hari, untuk mencegah seseorang menjadi terinfeksi dengan HIV sesudah terinfeksi, baik melalui serangan seksual maupun terinfeksi occupational. Dihubungankan dengan permulaan pengunaan dari PEP, maka suatu pengujian HIV harus dijalani untuk menetapkan status orang yang bersangkutan. Informasi dan bimbingan perlu diberikan untuk memungkinkan orang tersebut mengerti obat–obatan, keperluan untuk mentaati, kebutuhan untuk mempraktekan hubungan seks yang aman dan memperbaharui pengujian HIV. Antiretrovirals direkomendasikan untuk PEP termasuk AZT dan 3TC yang digunakan dalam kombinasi. CDC telah memperingatkan mengenai pengunaan dari Nevirapine sebagai bagian dari PEP yang berhutang pada bahaya akan kerusakan pada hati. Sesudah terkena infeksi yang potensial ke HIV, pengobatan PEP perlu dimulai sekurangnya selama 72 jam, sekalipun terdapat bukti untuk mengusulkan bahwa lebih awal seseorang memulai pengobatan, maka keuntungannya pun akan menjadi lebih besar. PEP tidak merekomendasikan proses terinfeksi secara biasa ke HIV/AIDS sebagaimana hal ini tidak efektif 100%; hal tersebut dapat memberikan efek samping yang hebat dan mendorong perilaku seksual yang tidak aman.

4. Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer (Brooks, 2005).

5. Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

  • Riwayat : Tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.
  • Penampilan umum : pucat dan kelaparan
  • Gejala Subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, dan sulit tidur.
  • Kepala: Sakit kepala, edem muka, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, epsitaksis.
  • Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.
  • Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
  • Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi.
  • Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
  • GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
  • Genital : lesi atau eksudat pada genital.
  • Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.


DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
  2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus
  3. Pola napas tidak efektif b.d penurunan energi, kelelahan, nyeri, kecemasan
  4. Hipertermia b.d proses penyakit, peningkatan metabolisme, dehidrasi
  5. Nyeri b.d agen injury biologis
  6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis
  7. Kurang Pengetahuan b.d kurangnya paparan atau informasi
  8. Deficit volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan
  9. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan status metabolik
  10. Resiko infeksi dengan factor resiko prosedur Infasif, malnutrisi, imonusupresi , ketidakadekuatan imun buatan , tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi), tidak adekuat pertahanan tubuh primer
  11. Kelelahan b.d anemia, status penyakit
  12. Tidak efektifnya mekanisme koping keluarga b.d kemampuan dalam mengaktualisasi diri
  13. Deficit perawatan diri b.d kelemahan fisik