Rabu, 18 Juli 2012

TATALAKSANA GAWAT DARURAT OBSTETRI. PERLUASAN PERAN DOKTER DAN PARAMEDIS


TATALAKSANA GAWAT DARURAT OBSTETRI. PERLUASAN PERAN DOKTER DAN PARAMEDIS
Hermanto TJ
“Dipersembahkan untuk ibu-ibu yang seharusnya tidak meninggal akibat komplikasi kehamilan dan atau persalinan”

Abstrak
Gawat Darurat Obstetri (GDO) telah memakan korban ratusan ribu nyawa ibu hamil di seluruh dunia – dikatakan setiap menit ibu hamil- melahirkan meninggal.  Pendekatan klinis yang telah dilakukan di seluruh dunia dianataranya adalah sbb: pelatihan Asuhan Pasca Keguguran, penapisan risko persalinan dan rujukannya, skrining disproporsi kepala panggul dengan grafik Soedarto,  Asuhan Persalinan Normal dengan P4Knya, PONED untuk tim Puskesmas, PONEK untuk tim Rumah Sakit, upaya lintas sektoral misalnya Gerakan Sayang Ibu, Safemotherhood Initiatives, Making Pregnancy Safer dsb  yang pada dasarnya mengatur jumlah dan jarak kehamilan, mendeteksi komplikasi kehamilan/ persalinan, melakukan rujukan tepat waktu, menangani komplikasi secepat dan setepat mungkin(response time- stabilisasi) dan mencegah komplikasi lebih loanjut dan rehabilitasi. Peran bidan dan perawat di tingkat primer selama ini lebih ke arah rapid initial assesment, stabilization and Refer baik di tingkat individu maupun tim. Namun peran tsb bisa diperluas dengan tatalaksana yang lebih promotif preventif misalnya secara proaktif mendukung kesetraan gender, melakukan health promotion – dengan edukasi pasangan usia subur, membantu perencanaan jumlah dan jarak kehamilan, melakukan Risk approach yang telah ditinggalkan, dan mendukung upaya meng KLB kan kematian, maternal, preeklamsia dan HPP. Dengan kombinasi upaya-upaya medis dan nonmedis ini maka diharapkan seluruh determinan kematian maternal dapat lebih terakomodasi yang pada gilirannya penurunannya dapat lebih signifikan dan dipercepat.
Kata kunci: gawat darurat obstetris, perluasan peran perawat dan bidan,tatalaksana medis dan non medis


I.                    Pendahuluan
            Gawat Darurat Obstetri (GDO) seringkali berakhir dengan kematian ibu dan atau janin/ bayinya. Sebagian besar kasus kematian ibu hamil/ melahirkan terjadi di Negara berkembang, dapat dicegah dan pencegahannya tidak memerlukan tehnologi canggih.
            Tatalaksana GDO yang dikembangkan pemerintah RI/ Kementrian Kesehatan- sesuai MDG 4 dan 5, saat ini diantaranya dengan melakukan
            Pemberdayaan masyarakat dengan desa atau suami siaga
            Revitalisasi program keluarga berencan
            Antenatal care minimal 4 kali
            Making Pregnancy safer
            Pengisian kartu P4K
            Nampaknya hal ini sesuai dengan yang dianjurkan oleh badan-badan dunia terutama WHO. Sedangkan di Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK KR) dilaksanakan berbagai pelatihan di berbagai tingkat pelayanan yaitu
            Asuhan Persalinan Normal untuk bidan mandiri
            GDO untuk bidan mandiri
            Asuhan Pasca Keguguran untuk tim puskesmas
            PONED untuk tim puskesmas
            PONEK untuk tim Rumah Sakit
            Bagaimana permasalahan, peran perawat dan bidan serta Sp OG dalam matarantai tatalaksana GDO akan dibahas dalam makalah ini tentunya dengan usulan yang mungkin bisa meningkatkan survival dari ibu dan bayinya.
            Pembahasan akan dimulai dengan adaptasi maternal, keterbatasn provider kesehatan, GDO, serta tatalaksana GDO dan diakhiri dengan usulan dan rangkuman
II.                  Adaptasi maternal
            Adaptasi maternal selama kehamilan seringkali dilupakan padahal adaptasi ini meliputi hampir seluruh sistim dan organ. Adaptasi ini ditujukan untuk kepentingan janin dan persiapan kelahiran. Dampak dari mengabaikan adaptasi ini adalah semua penyakit lain dalam kehamilan (medical disorders in pregnancy) ditatalaksana seperti pada wanita tidak hamil bahkan ditatalaksana seperti laki-laki. 
            Contoh klasik yang penulis sering sampaikan adalah tatalaksana anemia dalam kehamilan. Hasil penelitian seperti di bawah ini, namun tidak berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah atau WHO.
Oral iron therapy has been shown to be effective in correcting iron-deficiency anemia in most cases. 37 Its efficacy may, however, be limited in many patients because of the dose-dependent side effects, lack of compliance and insufficient duodenal iron absorption. 17, 21 It should also be noted that while there is evidence supporting the correction of hematological and iron status parameters with oral iron supplementation, data on improving birth weight and decreasing preterm delivery are still lacking. 38
Effects of routine oral iron supplementation with or without folic acid for women during pregnancy (RHL Commentary by Kongnyuy E and van den Broek N) tahun 2010
Outcomes such as preterm delivery, birth weight, low birth-weight-related perinatal mortality, etc. are more likely to be dependent on factors other than anaemia and iron status per se, and it may be unrealistic to expect that these are affected by iron supplementation.
            Namun algoritma seperti di bawah ini merupakan salah satu gambaran diabaikannya adaptasi maternal selama kehamilan.




Description: 0.jpg
 























Gambar 1. Algoritma Penanganan Anemia dalam kehamilan
Tiga perubahan selama hamil yang sangat berhubungan dengan resusitasi akan dibahas secara khusus di sini.
Perubahan kardiovaskuler
Tabel 1. Adaptasi maternal di bsitim kardiovaskuler
           




Perubahan hematologic








Gambar 2. Perubahan hemodinamik menurut usia kehamilan
Gambar 3. Perubahan metabolism besi selama hamil dibanding nonhamil
            Dari aspek hematologis yang terjadi diantaranya terjadi leukositosis sampai 12 000
Tabel 2. Perubahan sistim hematologis selama hamil


Perubahan respiratorik
Tabel 3. Perubahan sistim respiratorik selama hamil
III.                Keterbatasan provider kesehatan
            William Ossler menyatakan bahwa kedokteran (medicine) merupakan ilmu tentang ketidak pastian dan seni dari kemungkinan (the science of uncertainty and the art of probability). Dari sekian ratus pasien akan ada beberapa kasus yang mengalami perbedaan hasil pengobatan, seperti kurva normal- sekian persen akan lebih baik sekian persen akan menjelek dan sebagian besar sesuai dengan yang kita harapkan. Jadi adalah bijaksana bila selalu bersiap akan menemui kasus GDO/ tidak terduga bila menghadapi kasus yang paling sederhana. Pengalaman pribadi penulis beberapa tahun yang lalu, terjadinya kasus anafilaksis pada penyuntikan depo provera pada suntikan ke 8 dan emboli air ketuban pada kasus yang baru inpartu tanpa tindakan medis.
Bahwa tindakan medis yang kita lakukan keberhasilannya sangat tergantung kepada kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri. Hal ini yang menyebabkan dunia kedokteran tidak dapat menjamin keberhasilan satu tindakan medis. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh A. Pare beberapa ratus tahun yang lalu: “The task of medicine: Cure sometimes, Relieve often, and Care always”.
Dengan mengingat keterbatasan ini maka seyogyanya dunia medis selalu melaksanakan informed for consent dan informend consent sebelum melakukan tindakan medis.


IV.               Tatalaksana GDO
IV.1. Pencegahan kasus GDO 
            Dalam 5 tingkatan pencegahan, aspek promotif dan preventif sering terlupakan. Aspek promotif dapat dilakukan dengan edukasi masyarakat akan pentingnya kehidupan dalam rahim, pentingnya perjanjian pranikah, kesetraan gender, pentingnya keluarga berencana, pentingnya antenatal care dan menganggap eklamsia dan perdarahan sebagai kejadian luar biasa
            Tidak semua kasus GDO dapat diditeksi dan dicegah namun skrining kehamilan risiko tinggi dapat dipakai untuk mendeteksi bebrapa kasus bahkan mencegah terjadinya kasus gawat darurat. Yang termasuk kehamilan risiko tinggi adalah
            Adanya riwayat obstetric yang jelek(terutama adanya tindakan operatif pervaginam), adanya riwayat pembedahan rahim (persalinan sesar, miomektomi, adanya riwayat/ sedang menedrita penyakit lain (sesak, mudah berdarah, kelainan jantung, anemia dll), usia diatas 35 tahun, grandemulti, jarak anak yang terlalu jauh dan terlalu dekat. Ibu yang kecil, ibu yang gemuk/ sangat gemuk, kenaikan berat badan yang berlebihan, bayi besar, ketakutan, 

IV.2. Penanganan GDO
            Gawat Darurat Obstetrics yang dibahas di kesempatan ini adalah yang berhubungan dengan GD maternal misalnya eklamsia dan perdarahan serta emboli air ketuban sedangkan yang berhubungan dengan janin/ bayi misalnya preterm labor, gawat janin, distosia bahu, tali pusat menumbung atau asfiksia tidak dibahas.
Cunningham et al mengusulkan pembagian tingkatan pelayanan GDO menjadi tingkat 1 seperti ICU pada hamper semua rumah sakit, tingkat 2 H, High-Dependency Care Unit (HDU) dan yang ke 3 Obstetrical ICU. Untuk di Puskemas di Indonesia mungkin akan dirancang seperti tingkat 1.  
Tatalaksana Eklamsia adalah dengan memberikan obat-obatan untuk mengobati kejang dan mencegah kejang ulangan, mencegah komplikasi, memperbaiki keadaan umum dan terminasi kehamilan
            Tatalaksana perdarahan pada Kehamilan Ektopik Terganggu dan postpartum adalah secara bersamaan menghentikan perdarahan dengan mencari penyebab (misalnya a/hipotonia uterus, robekan jalan lahir atau inversion uteri) dan memperbaiki keadaan umum. Selanjutnya dilakukan tindakan definitive.
            Tatalaksana emboli air ketuban masih ada standarnya namun sebagian besar buku memandang emboli air ketuban lebih sebagai reaksi anafilaksis karena tidak semua kasus ditemukan debris atau ketuban di organ yang diperiksa.

            Tatalaksana Umum adalah sbb:
1.      Selalu siap menghadapi kasus yang tidak terduga baik dalam peralatan, obat-obatan maupun secara psikologis
2.      Upayakan adanya simulasi menghadapi kasus GDO secara tim
3.      Buat prosedur tetap tertulis dan mudah ditemukan
4.      Buat prosedur Code red atau Code blue
5.      Rapid Initial Assesment dan Stabilization adalah kata kunci
6.      Basic Life Support dan Advanced Life Support dengan sedkiti perubahan   

Gambar 4. Algoritma CPR dalam kehamilan
            Di sini nampak jelas bahwa tatalaksana GDO pada wanita hamil berbeda dengan laki-laki karena memang wanita adalah mahluk yang special, adanya adaptasi maternal dan adanya janin dalam rahim yang perlu dipertimbangkan dalam setiap keputusan. 

V.                 Perluasan peran provider kesehatan
            Yang kami maksud di sini adalah upaya yang lebih promotif dan preventif dalam mencegah dan menangani GDOyaitu
1.      Menyepakati perjanjian pra nikah sebagai salah satu upaya meningkatkan kesetaraan gender. Menjadikan perkawinan sebagai upaya untuk memperoleh keluarga yang berkualitas – melengkapi NKKBS yang kurang mendapat angin akhir-akhir ini. Di samping itu, pendekatan ini akan menyebabkan semua kehamilan diinginkan dan direncanakan- salah satu aspek Making Pregnancy Safer.
2.      Menyepakati pendekatan risiko sebagai salah satu upaya mencegah GDO, kunjungan ke rumah dapat dilakukan oleh siapa saja tidak terbatas bidan. Kartu risiko Poedji Rochjati, kartu prediksi disproporsi kepala panggul dan kartu P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) meruapakan syarat mutlak asuhan antenatal.  
3.      Memandang kehamilan dan periode kehamilan adalah periode untuk menyiapkan calon pemimpin (khalifah)- bukan menyiapkan kelahiran saja. Satu perubahan pola piker dari 9 bulan ke depan menjadi 90 tahun ke depan
4.      Mendukung upaya menjadikan eklamsia dan HPP sebagai kejadian luar biasa. Apabila eklamsia dan perdarahan postpartum dianggap sebagai kejadian luar biasa maka semua anggota masyratakat bergerajk membantu, semua rumah sakit wajib menerima pasien tsb. Dampaknya adalah response time yang lebih pendek.

Rangkuman
            Mohon dalam menangani GDO ada perbedaan menetap yang harus diakomodasi yaitu:
            Selalu siap menghadapi segala kemungkinan pada kasus yang paling sederhana.           
Menyadari keterbatasan kedokteran dimana tidak ada yang pasti dan segala sesuatu bisa terjadi kepada siapapun maka informed for consent dan informed consent jangan dilupakan termasuk pada kasus yang kelihatannya sedrhana
Pendekatan promotif dan preventif bisa dilakukan sebagai pelengkap dari upaya menyelamatkan ibu-ibu dari komplikasi kehamilan dan persalinan
Pasien wanita apalagi hamil tua mempunyai keadaan yang berbeda dengan laki-laki baik dalam privasi, otonomi dan patofisiologi.
            Adaptasi maternal mohon dipertimbangkan dalm melakukan resusitasi kardiopulmoner
            Mohon diases juga keadaan janin di samping mengases kondisi ibu
Kepustakaan
AFFP. 2006. Advanced Life Support in Obstetrics (ALSO). Canberra
Cochrane 2010. Reproductive Health Library
Creasy  RK, Resnik R, Iams JD, Lockwood CJ, Moore TR  (eds). 2009. Maternal Fetal-Medicine. Principles and Practice. 6th ed. : Elsevier
Cunningham FG et al. 2010. Williams Obstetrics. 23rd ed. Norwalk: Appleton Lange
Foley MR, Strong TH, Garite TJ. 2011. Obstetric Intensive Care Manual. New York: McGraw-Hill
Hermanto TJ. 2010. Kematian ibu hamil dan melahirkan. Dari Eklamsia ke Ketidaksetaraan gender. Dari Kuratif ke Promotif-Preventif. Dari “Making Pregnancy Safer” ke Kejadian Luar Biasa. Seminar Ilmiah dan Reuni Alumni FK Unair 1974 di Surabaya – Aula FK Unair Desember
Hermanto TJ. 2006.Basic Obstetric & Neonatal Emergency Care in Rural Area.
Houry D, Abbott JT. 2004. Emergency Management of the Obstetric Patient. Dalam Burrow GN, Duffy TP, Copel JA (eds) Medical Complications During Pregnancy. 6th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders
Karen F. 2007. Maternal Anemia. Dalam Berghella V(ed). Maternal-Fetal Evidence Based Guidelines. Philadelphia: Informa
Kem Kes. 2010. Kursus Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONEK). Jakarta
Kem Kes, 2008. Kursus Pelayanan Obstetri Neonatal Dasar(PONED). Jakarta
Russel M, Dunn-Albannese L. 2005. Anemia. Dalam Craigo SD, Baker ER (eds). Practical Patways in Obstetrics & Gynecology. Medical Complications in Pregnancy. 6th ed. New York: McGraw-Hill
SOGC. 2003. Advances in Labor and Risk Management (ALARM). Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar